loading...
Pengambilalihan pelabuhan di Haifa itu akan dimulai tahun 2021. Dalam sebuah laporan yang dilansir Newsweek, mantan kepala operasi angkatan laut AS Laksamana Gary Roughead yakin bahwa pelabuhan yang akan dikelola China di Haifa akan berarti bahwa kapal-kapal perang Angkatan Laut AS tidak dapat secara teratur menelepon di Pangkalan Angkatan Laut Haifa.
Pangkalan itu merupakan instalasi angkatan laut terbesar di Israel. Roughead mengatakan, kemungkinan aktivitas intelijen China akan meningkatkan risiko keamanan operasional Angkatan Laut AS.
Mengingat lokasinya dan hubungan hangat antara militer Amerika dan Israel, Pangkalan Angkatan Laut Haifa menjadi tuan rumah kapal perang Amerika dengan teratur. Tahun lalu, kapal induk USS George W. Bush berlabuh di Haifa. Kapal USS Iwo Jima juga melakukan hal yang sama pada Maret 2018, dan kapal perusak USS Donald Cook tiba untuk kunjungan singkat di Haifa pada bulan Juni lalu.
Namun, dengan SIPG mengambil kendali di sisi komersial pelabuhan, ini tidak mungkin bagi kapal-kapal perang AS beroperasi leluasa.
"Para operator pelabuhan China akan dapat memantau pergerakan kapal AS secara dekat, menyadari aktivitas pemeliharaan dan dapat memiliki akses ke peralatan yang bergerak ke dan dari situs perbaikan dan berinteraksi secara bebas dengan kru kami selama periode yang berlarut-larut," ujar Roughead dalam sebuah konferensi di Universitas Haifa bulan lalu.
"Secara signifikan, sistem informasi dan infrastruktur baru terintegrasi dengan pelabuhan dan kemungkinan informasi serta sistem pengawasan elektronik membahayakan informasi dan keamanan siber AS," ujarnya.
SIPG mengoperasikan pelabuhan kontainer tersibuk di dunia, Port of Shanghai (Pelabuhan Shanghai) dan pelabuhan besar lain di China.
Perusahaan itu terdaftar secara publik, sebagian besar sahamnya dipegang oleh otoritas pemerintah Shanghai. SIPG memenangkan konsesi 25 tahun untuk pengelolaan Haifa Bay Terminal baru pada tahun 2015, dan akan mengambil alih operasionalnya pada 2021.
(mas)
No comments:
Post a Comment